Ada yang Lebih Tabah dari Kesetaraan


Judul: Keberangkatan
Penulis: NH. Dini
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 229

Novel ini pertama kali terbit pada 1977. Seorang NH. Dini menggambarkan bahwa bangsa berkulit putih perlahan pergi diusir dan kembali ke negara asalnya, Belanda. Termasuk mereka yang peranakan atau dikenal dengan sebutan "orang Indo". Sebutan tersebut memiliki konotasi yang berbeda dengan sebutan "orang Indonesia" apalagi "pribumi". Namun hal demikian lebih dirasa di kota-kota besar di Jawa. Meskipun secara dokumen mereka sudah menjadi Warga Negara Indonesia, hal tersebut tidak dapat dihindari.

Mereka yang memilih tinggal dan memiliki pergaulan baik di sekitarnya, terkadang diasumsikan sebagai seseorang yang bebas seperti bangsa aslinya, meskipun mereka merupakan peranakan. Masalah peranakan ini kian mengakar ketika "Aku", Elisa tengah dirundung kebimbangan soal pergaulan antara dirinya dan para lelaki di sekitarnya. Elisa sangat menolak asumsi tersebut. Dia begitu menjaga dirinya sebagaimana wanita Indonesia umumnya. Ia bahkan tak begitu senang dengan panggilan "Elsye" yang kebelandaan.

Elisa hidup di antara keterbukaan orang-orang sekitarnya, dan ia menyadari bahwa dirinya selama ini hidup dalam jeruji ketertutupan keluarganya atas identitas dirinya yang sebenarnya. Perlahan, ia mulai menemukan dirinya dan juga anggota keluarganya yang sempat hilang dari kehidupannya. Perjalanannya menemukan jati diri disertai dengan pertemuannya dengan cinta pertamanya. Cinta yang selama ini dia impikan, pria Jawa. Ia ingin menjadi orang Indonesia seutuhnya.

Novel ini menyajikan kebimbangan perempuan dalam menentukan pilihan. Mereka hidup di masa dengan orang-orang yang berpemikiran sama, bahwa perempuan tak bisa memberikan keputusan terlebih dahulu. Bahwa perempuan hanya bisa menunggu pria yang disukainya untuk mengungkapkan cintanya. Bahwa perempuan adalah makhluk sentimentil.

"...baru setelah terpaksa, mereka mengasihi perempuan-perempuan itu. Atau tidak perempuan itu mereka sukai untuk sementara. Sampai pada suatu ketika, jika bosan, di cerai, cari lainnya" (hal 176)

NH. Dini menerangkan bahwa di masa pasca kemerdekaan, ketika lelaki dan perempuan sudah setara dalam menerima pendidikan, untuk beberapa hal tetap saja perempuan tidak merasakan kesetaraan tersebut. Namun di sisi lain, alur cerita mengungkapkan betapa mandirinya seorang Elisa menemukan masa lalu dan jati dirinya. Betapa ia begitu independen setelah menghadapi masalah yang merugikan dirinya.

Kita dapat belajar betapa Elisa sama seperti kita yang tak mampu menutupi kerumpangan dan luka yang terlanjur menganga. Siapa saja bisa marah ketika berada di posisi Elisa. Namun bisakah kita setenang Elisa dalam menghadapi segala permasalahan dan ketertutupan dunia untuk dirinya?


Review Keberangkatan, Resensi Keberangkatan NH Dini

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Balasan Surat Pribadi

[Review Produk] Cuka Apel Tahesta, Produk Lokal Murah Menghilangkan Jerawat

Sahabat Pena