Posts

Showing posts from August, 2019

Quo Vadis Calon Pengajar Bahasa Indonesia?

Image
“Kamu masuk prodi ini karena apa?” Tanya seorang dosen kepada mahasiswa suatu hari. Sebagian besar dari mereka tampak malu-malu karena program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia bukanlah pilihan utama mereka. Ketika satu diantara mereka memilih program studi ini sebagai pilihan utama, alasannya pun karena pada saat duduk di bangku sekolah formal, Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang paling mudah. Mahasiswa yang memilih program studi ini dengan pemikiran yang idealis akhirnya canggung untuk mengungkapkan alasannya. Mahasiswa idealis tersebut cukup tergelitik dengan ungkapan kawan-kawannya, tentu saja. Ia mulai berpikir, apakah kawan-kawannya sampai lulus nanti akan berpikir hal yang sama atau tidak. Jika pemikiran kawan-kawannya terus seperti demikian, tentu kelak setelah lulus dari sarjana orientasinya hanya bekerja dan mengajar agar berpenghasilan saja. Mereka yang menjadi guru tidak akan pernah mengkritisi bagaimana kurikulum Bahasa Indonesia di sekolah for

Bedah Buku Kamis

Image
Kamis kemarin hari saya berjalan dengan begitu produktif. Setelah kuliah pada pagi harinya, siangnya jemari saya terdistraksi dengan ponsel. Distraksi tersebut membawa saya kepada poster dua acara bedah buku yang diadakan pada Kamis sore dan Kamis malam. Pembedah buku di sore hari kebetulan seseorang yang saya kagumi dan kami sempat bertemu dalam sebuah pelatihan enam tahun silam. Ia menyebut dirinya Yeni Mada. Pembawa berita mengenai bedah buku sendiri merupakan sosok idola juga, terutama di kalangan mahasiswa karena prestasinya dan tulisannya yang apik. Beliau bernama Indra Dwi Prasetyo. Tentunya berita ini harus saya teruskan kepada satu kawan saya yang selalu tertarik dalam diskusi seperti ini. Kuperkenalkan Mar’atushsholihah. Kamis sore itu diisi dengan mendengarkan Kak Yeni membedah buku “Untuk Republik; Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa” karya Faisal Basri dan Haris Munandar. Pemantiknya tidak hanya dari Kak Yeni, namun juga Bung Edwin. Kami disuguhkan buah

Ketakutan dalam Dunia Baru

Image
Judul: Kerumunan Terakhir Penulis: Okky Madasari Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman: 357 Kerumunan Terakhir adalah buku keempat karya Okky Madasari yang saya baca. Yang menjadi hal favorit saya setelah membaca karya-karya Okky adalah karena beliau menjawab beberapa pertanyaan soal apa saja kekacauan yang terjadi di negeri ini yang dengan apik beliau ungkapkan dalam karyanya. Kali ini, saya disuguhkan dengan karya yang berkaitan dengan dunia yang sempat membuat saya tenggelam dalam keseharian dan jauh dari kehidupan sosial, yaitu dunia maya. Novel ini menceritakan dunia baru yang Jaya buat dari berbagai sabdanya. Jaya hidup dalam generasi yang mulanya lebih mengenal teknologi komunikasi yang ala kadarnya hingga menjadi teknologi yang menciptakan dunia baru. Dunia maya, begitu kebanyakan orang menyebutnya. Namun, cerita dalam novel ini bukan sekadar bagaimana dunia baru berperan besar dalam kehidupan, ada pula kisah kehidupan pribadi Jaya yang membuat

Ada yang Lebih Tabah dari Kesetaraan

Image
Judul: Keberangkatan Penulis: NH. Dini Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman: 229 Novel ini pertama kali terbit pada 1977. Seorang NH. Dini menggambarkan bahwa bangsa berkulit putih perlahan pergi diusir dan kembali ke negara asalnya, Belanda. Termasuk mereka yang peranakan atau dikenal dengan sebutan "orang Indo". Sebutan tersebut memiliki konotasi yang berbeda dengan sebutan "orang Indonesia" apalagi "pribumi". Namun hal demikian lebih dirasa di kota-kota besar di Jawa. Meskipun secara dokumen mereka sudah menjadi Warga Negara Indonesia, hal tersebut tidak dapat dihindari. Mereka yang memilih tinggal dan memiliki pergaulan baik di sekitarnya, terkadang diasumsikan sebagai seseorang yang bebas seperti bangsa aslinya, meskipun mereka merupakan peranakan. Masalah peranakan ini kian mengakar ketika "Aku", Elisa tengah dirundung kebimbangan soal pergaulan antara dirinya dan para lelaki di sekitarnya. Elisa sangat menol