Posts

Showing posts from January, 2020

Sembilan Ikat Luka Nadira

Image
Judul buku ini berdialog pada tokoh sorotan di dalamnya, “Sembilan cerita ini untukmu, Nadira.” Nadira menemukan fase kelam yang panjang dalam hidupnya setelah kematian sang ibu yang begitu mendadak dan disambutnya tanpa emosional. Demikian pembuka kumpulan cerita pendek yang menyoroti kehidupan Nadira yang dikemas bak novel. Saya sempat menelan saliva ketika mengetahui bagaimana sang ibu hendak pergi—persis dengan apa yang pernah saya alami. Ini memang sangat subjektif, namun drama keluarga yang disuguhkan dalam 9 Untuk Nadira berhasil menciptakan ketakutan saya dalam menjalani peran di lingkup keluarga. Pada dasarnya Nadira merupakan bungsu dari tiga bersaudara pasangan Kemala dan Bramantyo. Kakak tertua bernama Nina dan abang yang sangat dekat dengannya bernama Arya. Mereka lahir dari orang tua yang bertemu saat mahasiswa dan menikah di Amsterdam. Orang tua dengan perbedaan cara meyakini kepercayaan. Keluarga Bramantyo Suwandi menjalani ibadah sholat dan mengaji, se

Sejarah, Pendidikan, dan Sawit di Desa Mungguk

Image
Pada awal tahun, hal yang membuat saya antusias memulai waktu adalah kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dari himpunan mahasiswa program studi. Selain mengemban tugas menjadi pemandu para relawan pendidikan—yang terdiri dari mahasiswa baru—untuk beberapa hari, kepanitiaan pertama saya dalam agenda tersebut tak boleh dilewatkan hanya untuk bersenang-senang saja. Berada di tanah orang membuat saya menuntut diri saya sendiri untuk mengenali lingkungan sekitar saya. Bus yang membawa kami dari Pontianak berhenti di salah satu titik di Kecamatan Ngabang karena rendahnya tiang listrik sehingga bus tak dapat masuk hingga jalan utama menuju Desa Mungguk. Kami menumpangi truk dan pikap hingga sampai ke Desa Mungguk. Jarak dari kecamatan ke Desa Mungguk cukup jauh dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Perjalanan menuju ke dalamnya ditemani dengan jalan beraspal yang menanjak dan menukik karena dataran tinggi ditemani jurang. Kanan kiri terdapat pohon karet yang menjadi ladang uang warga

Mencintai dan Konsekuensinya: Hujan Bulan Juni

Image
Mencintai seseorang memang tak perlu konsekuensi, kecuali ketika kedua insan tersebut ingin saling memiliki. Konsekuensi yang dihadapi dua insan tersebut juga tak lekang oleh berbagai tantangan. Dalam hal tersebut, Sarwono dan Pingkan harus berpisah karena Pingkan harus melanjutkan pendidikan ke Jepang dari beasiswa yang diterimanya. Hal dilematis yang dihadapkan Sarwono dan Pingkan tidak hanya mengenai hubungan jarak jauh yang akan mereka tempuh. Hal tersebut cukup banyak diungkapkan dalam Hujan Bulan Juni . Sarwono dan Pingkan merupakan akademisi yang bekerja di universitas yang sama. Dalam Hujan Bulan Juni , beberapa hal mengenai situasi yang dihadapi akademisi ketika melakukan penelitian atau perjalanan kerja cukup menjadi daya tarik. Tak hanya itu, Sarwono dan Pingkan yang sama sekali tidak berpacaran dan hanya “kode-kode-an” untuk menikah selalu membawa suasana cerah dalam setiap babaknya. Hujan Bulan Juni tak hanya mendeskripsikan mengenai kehidupan akademisi—ter