Posts

Showing posts from April, 2020

Marxisme dan Sastra

Image
sumber: brainpickings.org Secara umum, hubungan antara sastra dan Marxisme digambarkan dengan contoh penolakan sastra yang tidak didasari dengan nilai-nilai komunisme pada negara-negara berideologi komunis. Penerapan tersebut justru tidak menganggap rendah sastra, karena negara-negara tersebut menganggap bahwa sastra dan pengarang mempunyai peran yang sangat penting, terutama dalam hal strategi komunis. Sastra sangat dekat dengan manusia secara spiritual, dalam hal ini komunisme sangat mengagungkan manusia sehingga manusia tidak boleh keliru dalam membuat suatu karya sastra. Negara berideologi komunis, Rusia, dalam beberapa dekade terakhir telah melakukan perburuan terhadap pengarang, sebut saja Solzhenitsyn yang harus keluar dari negaranya hingga Boris Pasternak yang harus menolak Nobel penghargaannya karena tekanan dari pemerintah. Mengalami tekanan dari pemerintah karena perbedaan pandangan ideologi dan politik seorang pengarang dengan negaranya tak hanya terjadi di

Sketch: Meramu Kematian

Image
Review Sketch, Drama Korea. Review dan Rekomendasi Drama Laga Imajinasi Menonton Sketch sebenarnya sebuah kesengajaan. Di tengah wabah pandemik covid-19, tugas numpuk karena UTS, dan kepala lagi membutuhkan sesuatu yang menghibur. Sebenarnya menonton Sketch sangat tidak disarankan untuk menjadi hiburan yang sehat. Tapi untuk kamu penikmat drama laga, you need to watch this drama . Jadi Sketch bukan drama baru, rilis pada tahun 2018. Drama yang ditulis Kang Hyun-sung dan disutradarai Lim Tae-woo ini diperankan oleh Lee Sun-bin, Lee Dong-gun, dan Jung Ji-hoon. Seperti drama laga pada umumnya (yang biasa saya saksikan), kita akan menyaksikan peran detektif, jaksa, dan beberapa kasus kriminal. Alasan terbesar drama ini dinamakan Sketch adalah kemampuan menggambar sketsa tentang masa depan yang menjadi kelebihan Yoo Shi-hyun dalam memecahkan kasus pembunuhan. Alur cerita berjalan cukup kompleks namun sangat matang dalam hal sebab akibat. Dalam setiap kasus meskipun berp

Growing Up and Self-Acceptance

Image
Saat kamu melihat sebuah potret anak kecil memegang bunga seruni kuning di taman, sejenak kamu ragu bahwa anak kecil itu berusia tiga tahun. Tubuh dan wajahnya lebih mirip penampilan anak-anak yang berlarian dengan seragam putih merah. Namun anak kecil yang tumbuh sangat disenangi orang-orang, bahkan tak sabar untuk tumbuh dewasa. Seperti harapan Sherina pada lagunya yang selalu diputar ibuku saat aku kecil, “Andai aku telah dewasa”. Hingga pada waktu aku telah menggunakan seragam putih merah itu, aku menemukan banyak cerita. Aku mulai memahami apa artinya teman, aku mengenal banyak permainan. Bahkan, aku mengenal tiga lingkungan bermain dengan dua tempat yang dapat kudatangi dengan menempuh perjalanan menggunakan sepeda. Pada satu waktu, aku memutuskan meninggalkan satu lingkungan karena sepatah kalimat, “Kenapa bermain kesini kalau kau tahu ini bukan tempatmu?” Aku hanya seorang anak yang mengenakan seragam putih merah setiap pagi. Tubuhku cepat tumbuh. Beberapa kali aku dire