Posts

Showing posts from 2019

Permasalahan yang Dekat dalam Memilih Jalan Sunyi

Image
Hidup dalam lingkaran yang minim permasalahan membuat saya hanya dibuai dengan permasalahan-permasalahan kota besar yang ditayangkan di televisi atau di media massa. Persoalannya tak jauh dari hal-hal makro yang turut mengancam putaran kehidupan yang pas-pasan. Tak jarang, persoalan-persoalan tersebut tak begitu relevan. Hal tersebut begitu saya rasakan sebelum menjadi mahasiswa. Ketika menjadi mahasiswa, persoalan-persoalan semakin banyak dan kian dekat serta kian relevan dengan kehidupan. Mata yang sebelumnya buta dan telinga yang sebelumnya tuli dengan kenyataan perlahan dapat melihat dan mendengar lebih jelas segala permasalahan yang ada. Sebelumnya saya tidak menyadari bahwa orang-orang di sekitar saya memiliki jalan hidup yang sulit ia pahami ketika dewasa, terutama mengenai permasalahan yang terjadi pada kehidupan di kampung dan orang tuanya. Di Kalimantan Barat, perdebatan sumber alam dan kapitalis memicu berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ekosistem lingkung

Keraguan Menjadi Dewasa di Tanah Lada

Image
Ketika mencapai tahap dewasa awal, rasanya ingin sekali kembali ke masa kanak-kanak. Ingin rasanya kembali merasakan masa tanpa memikirkan apa yang terjadi di sekitar, bersenang-senang tanpa peduli dengan segala kesedihan yang telah lalu. Tapi tidak semua anak-anak merasakan masa kanak-kanaknya dengan kesedihan yang remeh-temeh. Bagaimana jadinya seorang anak takut menjadi dewasa ketika melihat orang dewasa di sekitarnya? Ketakutan tersebut Ziggy ungkapkan dalam Di Tanah Lada yang merupakan novel kedua miliknya yang saya baca sepanjang tahun 2019. Novel ini merupakan novel yang cukup panjang masa membacanya, dikarenakan ketidakproduktifan saya dalam mengatur waktu membaca dan beraktivitas di luar. Novel Di Tanah Lada tidak begitu panjang. Saya cukup menyesal tidak menyelesaikannya secara langsung. Hanya sekadar cukup saja. Ada hal lain yang membuat saya tidak menyesal menunda menghabiskannya. Hal tersebut berkaitan erat dengan begitu relevannya isi novel ini, terutama pe

Surat 1: Membandingkan

Image
“Membandingkan kesukaran dan kesenangan orang lain dengan diri sendiri tak akan ada habisnya.” Begitu kiranya sebuah kalimat yang muncul begitu saja dari alter dalam diri saya. Saya kira saya hanya mencoba untuk menulis untuk mengingatkan orang lain. Saya menyadari alam bawah sadar saya tengah menegur apa yang terjadi dalam diri saya beberapa waktu belakangan ini. Terlalu dini jika saat ini saya tengah mengalami quarter life crisis , karena saya belum menginjak usia seperempat abad. Kiranya krisis yang tengah saya alami adalah krisis sebelum menginjak kepala dua. Tahun 2019 menyisakan banyak warna yang begitu abstrak bagi hidup saya. Banyak keputusan yang saya ambil dan saya perbuat di luar zona nyaman dan zona aman saya. Semua itu berpengaruh pada diri saya—mental saya. Tidak, saya tidak self-diagnosis kesehatan mental apa yang sedang saya alami. Hanya saja, beberapa waktu belakangan emosi saya mudah sekali terombang-ambing dalam sebuah masalah. Di tengah kesibukan sebag

Kembali Membangun Kubah

Image
Pembuka dari Kubah sejenak mengingatkan saya pada Bukan Pasarmalam -nya Pramoedya Ananta Toer. Betapa Karman dan tokoh utama dalam roman Pram tersebut merasakan kedalaman rasa melankolis yang persis. Babak belur Karman dihabisi oleh segala pencarian dan segala keputusan. Sepanjang bab kita turut menyelami bagaimana Karman berkontemplasi mengenai segala sesuatu yang telah terjadi pada dirinya hingga keputusan-keputusannya yang menyebabkannya berada di pengasingan di Pulau Buru. Membaca Kubah membuat saya sejenak kilas balik mengenai novel yang sebelumnya saya baca, yakni Jalan Bandungan karya Nh. Dini. Keduanya mengungkapkan hal yang sama, seorang suami yang terjebak dalam sebuah partai komunis. Tentu saja, Kubah menceritakan perihal yang berbeda. Kubah tidak menyorot kehidupan tokoh perempuan dalam alurnya, namun lebih menyorot pada Karman. Kita diajak menyelami kehidupan Karman. Karman kecil yang periang dan pandai berkawan. Karman remaja yang cerdas dan cekatan. Karma

Menelisik Kekeluargaan di Jalan Bandungan

Image
Setiap orang memiliki harapan yang besar dalam kehidupan rumah tangganya. Namun, kehidupan rumah tangga yang dijalani Muryati dan Widodo tidak seperti apa yang dibayangkan orang-orang di sekitarnya, juga tidak seperti kehidupan kedua orang tuanya. Muryati dibesarkan oleh orang tua yang begitu mengedepankan kebahagiaan anggota keluarganya dengan melakukan berbagai hal, seperti menonton film bersama hingga mengunjungi tempat liburan setiap akhir pekan. Setelah menikah dengan Widodo—anak buah ayahnya pada masa revolusi—Muryati merasakan banyak hal yang salah pada kehidupan rumah tangganya. Kisah ini dimulai dengan penggambaran kondisi di akhir novel—masa ketika Muryati sudah menikah dengan adik Widodo, Handoko—sebelum melakukan kilas balik yang menceritakan kronologi mulai dari masa kecil Muryati hingga kompleksnya kehidupannya ketika dewasa dan berumah tangga. Seluruh cerita dalam novel ini berdasarkan sudut pandang Muryati. Akan berbeda atmosfer sudut pandang Muryati ketika m

Kronologi dalam Berbagi Perspektif RUU-PKS dan Dialog Klarifikasi BEM Untan (Universitas Tanjungpura)

Image
Babak 1 Sekretariat Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura 20.00 WIB, 26 September 2019 Hasil dari audiensi aksi yang dilakukan seluruh mahasiswa di Kalimantan Barat, khususnya di Pontianak mengundang kontroversi dari banyak pihak. Pasalnya, pada poin keempat pada Nota Kesepakatan berisi penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual atau yang lebih dikenal dengan RUU P-KS. Beberapa mahasiswa yang mengikuti aksi pada saat itu mengatakan bahwa memang persoalan RUU P-KS ini memang pecah di antara mahasiswa dan diyakini tidak sesuai dengan urgensi #MosiTidakPercaya yang digaungkan pada beberapa aksi di berbagai daerah di Indonesia. Mahasiswa di Pontianak, khususnya Universitas Tanjungpura merasa bahwa BEM Universitas Tanjungpura tidak menunjukkan wajah dan suara mahasiswa yang berada di bawah naungannya. Oleh karena itu, LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Universitas Tanjungpura menginisiasi untuk mengadakan Mimbar Terbuka: Berbagi Perspektif T

Media Tanpa Misoginis

Image
Dari akhir 2018 hingga saat ini, saya cukup mengikuti perkembangan isu mengenai perempuan dan saya akhirnya berdamai dengan beberapa hal yang tidak saya setujui sebelumnya. Satu diantara alasan saya berdamai adalah saya menyadari bahwa saya sebagai manusia perlu menghargai manusia lainnya. Untuk memahami berbagai isu kesetaraan—terutama tentang perempuan—sering kali saya dapatkan lewat diskusi di podcast dan youtube . Untuk literatur mengenai hal tersebut, saya baru membaca dari kacamata teori sastra dan novel-novel yang berkaitan dengannya—karena kebetulan saya berkuliah di program studi yang mempelajari hal tersebut. Momen nonton bersama film dokumenter yang bertajuk More Than Work karya Luviana, seorang pekerja media, menjadi satu diantara jalan saya untuk lebih memahami isu kesetaraan di dunia nyata. Karena dalam sesi nonton bersama ini, kami akan berdiskusi dengan Dian Lestari—Koordinator SEJUK Kalbar—dan Tuti Suprihatin—dari LBH APIK Kalbar—setelah menyaksikan film t

Apa yang Kita Tinggalkan di Ruang Publik Dunia Maya?

Image
Poster publikasi Narasi Content Creator Workshop . Mendapat surel dari Komunitas Mata Kita cukup membuat saya histeris. Bagaimana tidak, dalam dua hari ke depan saya akan diberikan banyak ilmu dari orang-orang hebat dalam bidangnya. Selain itu, idola-idola saya juga menjadi pembicara dalam workshop tersebut, mereka adalah pasangan Rara Sekar dan Ben Laksana serta Najwa Shihab. Saya tak bisa membayangkan bertemu dengan mereka secara eksklusif di Pontianak. Barulah saya bisa merasakan apa yang dirasakan orang kebanyakan yang histeris ketika akan bertemu langsung dengan idolanya. Selain Najwa Shihab dan pasangan Rara Sekar dan Ben Laksana, acara tersebut juga turut menghadirkan Imam Wahyudi—seorang jurnalis senior, Gupta Sitorus dan rekannya—Primo Rizky—yang merupakan spesialis branding , dan Agustinus Wibowo—seorang travel writer . Workshop yang diadakan Narasi dan Komunitas Kita ini mengusung tema The New Wave of Creative Journalism. Tema tersebut akan membawa kami—konten