Bangga menjadi Narablog dan Penulis Kreatif di Era Digital



Dahulu, konten bacaan dikonsumsi lewat media cetak. Hal tersebut berlanjut hingga saat ini. Konten disuguhi dengan menarik berikut konten visual yang mendukung isi dari tulisan pada konten tersebut. Namun memasuki era digital, konten bacaan juga diterima melalui media maya. Dengan bacaan yang mudah didapat, hingga disuguhi dengan tampilan yang menarik, sama menariknya dengan konten pada media cetak.

Salah satu yang berperan menjadi konten kreator di media maya adalah narablog, atau padanan istilah dari blogger. Siapa pun yang membuat konten melalui tulisan yang bermediakan blog maka akan disebut sebagai seorang narablog.


Menjadi seorang narablog merupakan ketidaksengajaan bagi saya. Ketika masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar, saya menjadi salah satu delegasi Konferensi Anak Indonesia yang diadakan oleh Majalah Bobo. Saya lolos menjadi salah satu delegasi karena karya tulis saya, yang serupa dengan sebuah jurnal pribadi, menjadi salah satu yang terpilih. Di saat yang bersamaan, saya memiliki laptop pertama saya. Ayah saya yang sebelumnya memiliki latar belakang kuliah di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kemudian menyarankan saya untuk membuat sebuah blog.

Ketika saya hendak membuat blog pertama saya, yang ada di pikiran saya adalah nama yang singkat, namun akan dikenal orang kelak. Yang menginspirasi dalam membuat nama ini adalah Facebook, sosial media pertama saya dengan pendirinya yang begitu inspiratif. Kemudian terlintas kata “perintis” dalam pikiran saya. Karena kata kunci untuk nama blog saya sudah pernah dibuat, maka saya beri tambahan huruf “h” di belakang kata tersebut. Jadilah Perintish Blog yang menjadi teman menulis saya hingga saat ini.

Ketika awal merintis blog, tulisan-tulisan yang mengisi blog saya berasal dari blog yang aktif membuat tulisan setiap harinya, dengan judul artikel yang menarik dan telah diikuti oleh banyak pembaca. Saya belum mengenal istilah adsense saat itu. Namun, karena ambisi ingin banyak pembaca, akhirnya blog saya diisi dengan tulisan-tulisan plagiat dari blog tersebut.


Beranjak Sekolah Menengah Pertama, saya mulai mengenal teman sesama narablog yang sebaya dengan saya. Saat itu, saya terpengaruh oleh ketertarikan rekan-rekan saya untuk mempercantik tampilan blog dan mulai belajar menggambar digital. Blog saya pun akhirnya tampil lebih menarik dan mulai diisi dengan tulisan saya pribadi, berdasarkan pengalaman saya mempelajari bagaimana cara mempercantik blog hingga hal-hal dasar yang saya ketahui untuk saya bagikan kepada pembaca saya.

Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, saya membaca kembali surel yang masuk dan komentar pada blog saya. Seorang teman sesama delegasi Konferensi Anak Indonesia, Dinda, pernah mengirim surel kepada saya saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ia menegur saya untuk tidak menyalin artikel yang sudah ia tulis sendiri pada blog miliknya. Mulai hari itu, saya menyadari bahwa blog merupakan media untuk membuat konten karya sendiri. Saat itu juga, artikel-artikel yang bukan karya saya, termasuk artikel milik teman saya, saya hapus dari blog saya.


Sayangnya, saat itu saya harus vakum karena saya membagi waktu antara sekolah dan hobi baru saya, melukis, menulis karya sastra, dan membuat konten menarik di instagram. Saya lebih mengeksplorasi kreator-kreator di sosial media tersebut, kemudian saya membuat konten yang sama dengan tampilan yang terinspirasi dari mereka. Selain melukis dengan menggunakan cat air, saya juga belajar kaligrafi dan tipografi. Karena instagram merupakan media sosial yang secara tidak langsung menuntut saya untuk membuat foto dengan tampilan yang menarik, dari kreator yang saya ikuti, saya mulai belajar membuat flatlay.

Apa yang saya pelajari ketika vakum dari blog menjadi napak tilas saya untuk memperbaiki blog yang sudah lama saya bangun. Banyak sekali hal-hal menarik dan dicari dari apa yang saya buat selama vakum. Mulai dari flatlay, melukis, editing, tipografi, dan tentunya menulis. Media sosial yang kerap saya akses pun menjadi media ilmu pengetahuan yang luas bagi saya, sehingga pada akhirnya, saya juga dapat membuat tulisan lewat kekritisan saya mengenai apa yang terjadi saat ini, baik apa yang terjadi berkaitan dengan isu dunia, isu Indonesia, hingga isu di dunia maya.

Flatlay, lukisan, kemampuan editing, dan tipografi akhirnya menjadi pendukung konten yang saya buat dalam blog saya. Prioritas saya kini dalam membuat konten tulisan tidak hanya tentang kuantitas pembaca, namun juga kualitas bacaan yang saya berikan kepada pembaca. Media cetak seperti majalah dan tabloid adalah salah satu sumber inspirasi saya dalam membuat tampilan blog yang menarik, didukung dengan tulisannya yang membuka pemikiran orang tentang sesuatu, tips yang membantu seseorang, hingga ulasan yang dibutuhkan banyak orang.

Meskipun pembaca saya kini hanya sekadar mereka yang melihat konten yang saya sebarkan melalui sosial media saya, atau mereka yang tak sengaja bertemu dengan blog saya, namun saya memiliki resolusi untuk menjadikan blog saya sebagai ruang untuk mereka membuka pikiran untuk menggunakan media sosial mereka seproduktif mungkin dan terpengaruh oleh suasana positif yang saya tularkan melalui tulisan saya.

Salah satu dari artikel yang memiliki kesan bagi saya hingga saat ini adalah tulisan mengenai “Sahabat Pena”. Tulisan yang saya buat ketika saya sedang senang-senangnya membuat surat untuk sahabat pena dari dalam maupun luar negeri itu saya bagikan mulai dari kesan saya mendapat sahabat pena hingga berbagi tips mendapat sahabat pena. Saya begitu senang dengan respon pembaca yang antusias mencari sahabat pena di era digital ini, terlihat dari kolom komentar pada artikel tersebut. Saya semakin senang karena seorang pembaca menghubungi saya lewat sosial media saya karena ketertarikannya dengan “Sahabat Pena”.


Tidak hanya itu, saya juga dapat momentum bertemu dengan rekan sesama narablog di kota saya dan teman sesama penulis. Dalam momentum tersebut, kami sering berdiskusi mengenai menulis kreatif, baik dalam sastra maupun dalam menulis sebuah konten di dalam blog.


Menjadi narablog pun tidak hanya dituntut membuat konten yang menarik, namun juga siap menjadi agen perubahan. Meskipun media tulisan pada sebuah blog tidak langsung dari pena, namun goresannya pun sama tajam dengan tulisan pada umumnya, lebih tajam dari sebuah pedang. Sebuah konten di blog pun menjadi wadah untuk merubah pola baca masyarakat kita agar senantiasa terhindar dari hoax dan lebih memilih konten yang bermanfaat

Di awal 2019 ini, saya ingin kembali menulis konten-konten yang bermanfaat bagi orang lain dan memberikan pengaruh positif kepada orang lain juga menumbuhkan kecintaan kita terhadap budaya literasi, dalam media digital sekalipun. Saya begitu bangga dapat menjadi seorang narablog, seorang konten kreator yang menciptakan karya dengan ciri khas dan menarik, menjadi seorang yang menulis untuk menyebarkan manfaat.

Dalam momentumnya, Mas Nodi selebrasi kebanggaannya menjadi seorang narablog lewat mengadakan lomba menulis blog. Kamu bisa klik di sini untuk info lebih lanjut mengenai lombanya.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Balasan Surat Pribadi

[Review Produk] Cuka Apel Tahesta, Produk Lokal Murah Menghilangkan Jerawat

Sahabat Pena