Sembilan Ikat Luka Nadira


Judul buku ini berdialog pada tokoh sorotan di dalamnya, “Sembilan cerita ini untukmu, Nadira.”

Nadira menemukan fase kelam yang panjang dalam hidupnya setelah kematian sang ibu yang begitu mendadak dan disambutnya tanpa emosional. Demikian pembuka kumpulan cerita pendek yang menyoroti kehidupan Nadira yang dikemas bak novel. Saya sempat menelan saliva ketika mengetahui bagaimana sang ibu hendak pergi—persis dengan apa yang pernah saya alami. Ini memang sangat subjektif, namun drama keluarga yang disuguhkan dalam 9 Untuk Nadira berhasil menciptakan ketakutan saya dalam menjalani peran di lingkup keluarga.

Pada dasarnya Nadira merupakan bungsu dari tiga bersaudara pasangan Kemala dan Bramantyo. Kakak tertua bernama Nina dan abang yang sangat dekat dengannya bernama Arya. Mereka lahir dari orang tua yang bertemu saat mahasiswa dan menikah di Amsterdam. Orang tua dengan perbedaan cara meyakini kepercayaan. Keluarga Bramantyo Suwandi menjalani ibadah sholat dan mengaji, sedangkan Kemala memilih berdzikir dengan tasbih pemberian Ayah Bramantyo—sosok yang begitu menghargai cara Kemala beribadah. Keyakinan yang sempat dipertanyakan oleh Ibu Bramantyo ketika mengetahui  latar belakang keluarga Kemala yang mempunyai preferensi politik yang sekuler.

Ketika tumbuh bersama, banyak hal yang membuat Nadira tak begitu disukai si sulung. Nina—dalam beberapa hal—haus akan validasi. Pujian sang ayah terhadap adiknya cukup mengganggu dirinya dan membuat Nina nekat melakukan hal-hal yang berdampak langsung pada Nadira. Akibatnya, Nadira tumbuh dengan melakukan hal traumatis tanpa ia sadari. Sedangkan Arya menjadi benci pada si sulung karena ia tertuduh pelaku atas perbuatan sang kakak. Rasa yang mereka hadapi akhirnya menjadi ketakutan di alam bawah sadar mereka ketika dewasa yang lekang oleh rasa kasih mereka sebagai saudara sedarah.

Selain menceritakan dinamika kehidupan keluarga Nadira, terdapat pula kehidupan urban Nina di New York hingga potret profesi Nadira dan sang ayah sebagai seorang jurnalis. Untuk kumpulan cerita pendek dengan penokohan kuat pada satu tokoh sorotan—Nadira, gaya penceritaannya sangat rapi dan sangat konsisten terhadap alur. Porsi setiap tokoh di dalamnya terbagi dengan takaran yang pas hingga cerita tersebut berakhir. Dalam perjalanannya, tokoh yang muncul pun bukan tanpa alasan meskipun yang mengantarkannya adalah tuntutan profesi Nadira dan pemilihannya atas topik jurnalistiknya.

Mungkin kompleksitas cerita-cerita Nadira yang membuat Leila S. Chudori mengabaikan perdebatan banyak orang yang menganggap 9 Untuk Nadira sebagai novel. Setiap cerita yang di sampaikan merupakan potongan-potongan cerita yang berbeda—meskipun memang menyoroti kehidupan Nadira yang telah padu bak novel.

Mencari Seikat Seruni menceritakan kepergian ibu Nadira dan cerita-cerita Kemala—ibu Nadira—di buku hariannya. Nadira tanpa emosi ketika sang ibu ditemukan serba biru di lantai, bahkan ketika saudara-saudarinya terus meratapi kepergian sang ibu.  Satu-satunya yang ia lakukan adalah mencari bunga Seruni untuk ibunya—berdasarkan permintaan ibunya.

Nina dan Nadira menjadi ketakutan saya dalam menjalin ikatan persaudaraan dan sempat mengacaukan perasaan saya beberapa hari selama membaca 9 Untuk Nadira. Kacau sekali.  Leila begitu berhasil meyakini saya bahwa menyakiti saudara akan berdampak pada hidupnya. Emosi saya pecah ketika Nina dan Nadira saling memaafkan hingga mengabaikan kemarahan saya pada Gilang Sukma.

Melukis Langit banyak menyoroti kehidupan Nadira sebagai jurnalis yang cukup workaholic tanpa mengurangi ungkapan perasaannya yang kacau pasca ditinggalkan ibunya dan atas tingkah ayahnya yang mengkhawatirkannya. Betapa Nadira begitu mengharapkan sosok ayahnya terus peduli pada diri sendiri meskipun dirinya juga tidak melakukannya. Betapa Nadira sangat menghargai sosok ayah yang berprofesi sama dengannya.

Tasbih juga menceritakan mengenai kehidupan Nadira di dunia jurnalistik yang sangat tidak mempedulikan dirinya sendiri. Namun hal yang begitu disorot pada Tasbih adalah tentang bagaimana Utara Bayu memperlakukan Nadira dan kemarahan Nadira terhadap psikiater pembunuh yang tergila-gila terhadap sosok dirinya. Ungkapan cinta Utara Bayu juga diungkapkan dalam Sebilah Pisau yang menggambarkan betapa patah hatinya Utara Bayu ketika mengetahui pernikahan Nadira dengan Niko Yuliar yang pemain wanita. Ungkapan lainnya juga dinarasikan dalam Utara Bayu yang membuat Tara perlu memilih jalan hidupnya.

Ciuman Terpanjang membuat Nadira jatuh cinta pada Niko Yuliar hingga mabuk kepayang dibuatnya. Ketakutan orang-orang di sekitarnya pun terabaikan oleh virus merah jambu yang menjalar dalam darah Nadira. Namun dalam Kirana, ia kagum dengan sebuah sosok yang tegas dan hingga akhirnya Nadira memilih untuk pergi meninggalkan segala permasalahannya ke Victoria dalam At Pedder Bay.

Sembilan ikat luka Nadira ia ungkapkan dengan perlahan, tanpa aroma sekuat melati agar tetap anggun layaknya seruni. Tanpa menghakimi soal kelas, 9 Untuk Nadira tetap akan bersemayam pada hati yang terluka pada persoalan persaudaraan, keluarga, ikatan pernikahan, hingga cinta sebelah tangan. Sedikit banyak Nadira juga mengungkapkan hal religiusitas meski dengan cara yang berbeda, terutama tentang cara kakek Nadira menghargai cara ibadah ibu Nadira hingga dzikir yang terus menenangkan Nadira dari segala luka yang ia hadapi, termasuk kepergian ibunya. Dalam beberapa hal, religiusitas tersebut begitu magis beserta emosi yang terus padu dalam setiap rangkaian cerita dan narasinya.

Bagi saya, 9 Untuk Nadira merupakan hadiah yang baik untuk saya yang semakin egois.[]


Resensi 9 Dari Nadira, Review 9 Dari Nadira, Resensi Nadira Leila S.Chudori, Review Nadira Leila Chudori

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Balasan Surat Pribadi

[Review Produk] Cuka Apel Tahesta, Produk Lokal Murah Menghilangkan Jerawat

Sahabat Pena