Keraguan Menjadi Dewasa di Tanah Lada
Ketika
mencapai tahap dewasa awal, rasanya ingin sekali kembali ke masa kanak-kanak.
Ingin rasanya kembali merasakan masa tanpa memikirkan apa yang terjadi di
sekitar, bersenang-senang tanpa peduli dengan segala kesedihan yang telah lalu.
Tapi
tidak semua anak-anak merasakan masa kanak-kanaknya dengan kesedihan yang
remeh-temeh. Bagaimana jadinya seorang anak takut menjadi dewasa ketika melihat
orang dewasa di sekitarnya? Ketakutan tersebut Ziggy ungkapkan dalam Di Tanah Lada yang merupakan novel kedua
miliknya yang saya baca sepanjang tahun 2019. Novel ini merupakan novel yang
cukup panjang masa membacanya, dikarenakan ketidakproduktifan saya dalam
mengatur waktu membaca dan beraktivitas di luar.
Novel
Di Tanah Lada tidak begitu panjang.
Saya cukup menyesal tidak menyelesaikannya secara langsung. Hanya sekadar cukup
saja. Ada hal lain yang membuat saya tidak menyesal menunda menghabiskannya.
Hal tersebut berkaitan erat dengan begitu relevannya isi novel ini, terutama
peran Ava yang menjadi pencerita dalam sepanjang isi Di Tanah Lada.
Sukar
bagi saya mengingat bagaimana pemikiran saya ketika berusia 6 tahun. Ziggy
menyajikan Di Tanah Lada dengan bahasa
yang sederhana, tapi begitu liar ketika bereksplorasi mengenai orang-orang di
sekitar Ava dan yang ditemui Ava dan P. Ava berkata polos laiknya anak berusia
6 tahun, namun kerumitan orang dewasa di sekitarnya membuatnya mencoba memahami
apa yang tengah terjadi.
Segala
hal yang tidak Ava ketahui selalu ia cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia
hadiah dari Kakek Kia, ayah dari papanya. Ia mencari kata sedan, judi, hingga
jalang di kamus. Berbagai masalah orang dewasa ia coba pahami dengan
bermodalkan kamus. Tentu saja, kamus tidak dapat menjawab semuanya. Ia bertanya
dengan mamanya; apa yang sedang terjadi ketika ia pindah dari rumah yang nyaman
ke rusun yang kumuh; kenapa papa senang judi hingga pindah ke rusun.
Pikirannya
makin rumit ketika bertemu dengan P, anak yang senang bermain gitar yang
tinggal dengan papa yang penjudi dan pemabuk. P juga anak yang dekat dengan
anak muda yang tinggal di Rusun Nero—Suri dan Alri. P yang berusia 10 tahun
jauh lebih tahu soal permasalahan orang dewasa di sekitarnya, terutama sang
papa yang tak ingin menerimanya di dalam rumah—kecuali ia menyelinap masuk saat
papanya pergi berjudi.
P
adalah teman baru Ava yang begitu disayanginya. P mengajarinya banyak hal
mengenai hidup dan bagaimana menerima berbagai permasalahan. Bersama P, Ava
melakukan banyak hal baru—kabur dari orang tua, misalnya.
Ava
dan P dalam hal ini adalah anak kecil yang takut untuk menjadi dewasa. Ava
takut menjadi mama yang tidak begitu baik. P takut menjadi papa yang jahat,
karena bagi Ava dan P, semua papa di dunia jahat. Mereka berdua tidak percaya
ada papa yang baik.
Selain
mengenai ketakutan menjadi dewasa, sedikit banyak saya mengingat keinginan saya
ketika masih kecil—ingin mengenal papa dan mama yang baik. Nyatanya, tiada
orang dewasa yang baik, namun ada dari mereka yang berusaha baik. Selain
bercerita mengenai kepolosan anak kecil ketika dihadapi masalah hidup yang
cukup berat, Di Tanah Lada
memperkenalkan cerita mengenai parenting—untuk
orang dewasa yang perlu mengetahui risiko akibat tidak berbuat baik untuk
cerminan anak.[]
Comments
Post a Comment