Mendung...
Tepat pukul 12.00 siang āā tengah hari, cahaya temaram dari gumpalan awan-awan menutupi matahari yang sedang bersinar terik saat itu. Di jalan yang sepi āā di tengah-tengah perumahan tua, seorang laki-laki jakung berjalan. Lelaki jakung bermata besar kecoklatan, beramput hitam pekat, berkulit sawo matang, dan berpakaian kaos putih polos itu, berjalan dengan perasaan penuh ke-putus asa-an. Rintik-rintik air mulai turun membasahi tubuhnya. Tidak ada satupun orang yang memperdulikannya. Berbeda dengan seorang gadis berbaju kembang berwarna putih dan berpayung hitam yang berada di depannya āā sekitar 100 meter. Tidak terlalu cantik. Lebih ke oriental. Mata hitam gadis berambut lurus yang dikucir kepang itu menghampiri lelaki tadi āā dia sedang terduduk lemah. Gadis itu berlutut membagi teduhan payungnya dengan lelaki putus asa itu. āSok baik banget sih, kamu! Pergi! Tiggalin aku sendiri. Aku gak perlu orang-orang munafik!ā Lelaki itu marah. Mengeluarkan semua amarahn...