Extrovet (Harus) Jadi Introvert, Introvert (Harus) Jadi Extrovert
Halo,
para pembaca!
Dewasa
ini saya banyak menemukan beberapa remaja seumuran saya telah menemukan jati
dirinya dalam memiliki karakter. Setiap manusia memiliki dua tipe kepribadian,
yakni extrovert dan introvert. Bahkan ada juga istilah
penengah di antara kedua tersebut, yaitu ambivert.
Setiap
manusia di dunia ini adalah ambivert
yang memiliki kecenderungan yang berbeda, entah cenderung pada extrovert atau introvert. Introvert
terkenal sebagai watak yang memiliki motto berpikir
sebelum berkata dan bertindak, seorang yang sangat dipercayai, penikmat
sunyi, pendengar yang baik, namun gusar di keramaian dan kebisingan. Extrovert terkenal sebagai watak yang easy going, berjiwa sosial, pembicara
yang baik, dan penikmat keramaian.
Karena
perbedaan kepribadian ini, justru sering membuat kita salah paham dengan teman
kita yang berbeda kepribadian. Kita bisa salah memahaminya, kita bisa salah
memperlakukannya, atau kita juga bisa salah dalam berbicara dengannya.
Perbedaan kepribadian ini juga membedakan seberapa peka seseorang akan
lingkungannya dengan orang lain. Misalnya dalam sebuah kasus, seorang extrovert yang ceria tiba – tiba
mengajak seorang introvert bercanda
dengan kata – kata yang berlebihan, hingga membuat si introvert justru tidak nyaman, bukannya tertawa.
Salah
jika kita yang cenderung pada salah satu sisi mengatakan bahwa sisi sebaliknya
adalah buruk. Salah jika seorang yang introvert
mengatakan bahwa extrovert buruk dan
salah pula jika extrovert mengatakan
bahwa introvert buruk. Kenapa salah?
Karena dua sisi yang berbeda ini sama – sama memiliki kekurangan dan
kelebihannya sendiri. Kesendirian seorang introvert
sering membuat extrovert beranggapan
bahwa introvert adalah sosok yang
sombong dan apatis. Sebaliknya, extrovert
yang begitu senang dengan keramaian, sorak sorai, membuat seorang introvert juga beranggapan bahwa extrovert adalah sosok yang tidak bisa
menjaga ketenangan. Ini adalah fakta yang bisa kita temukan untuk mereka yang
kepribadian introvert/extrovertnya lebih dari 60%. Namun
berapapun persentase introvert kita,
ataupun persentase extrovert kita,
kita sendiri tidak bisa membantah bahwa dalam diri kita masih ada kecenderungan
pada kepribadian yang berlawanan dengan kepribadian yang selalu kita tonjolkan
pada orang lain.
Maka,
tak heran jika ada seorang yang extrovert
yang punya banyak teman, sering bercengkerama dan bercerita dengan temannya,
justru mereka bisa mendengar perkataan orang lain, atau pandai menyimpan
rahasianya. Kita juga tak perlu heran jika ada orang introvert tiba – tiba bercerita dengan kita tentang apa yang ia
rasakan, atau tiba – tiba ia ingin ikut denganmu pergi ke sebuah pertemuan atau
pesta dengan suasana yang ramai.
Dalam
menjalin pertemanan, baik untuk kita mengetahui seperti apa teman kita. Bukan
berarti kita memilih teman, namun kita harus memilih cara kita untuk
memperlakukannya, membuatnya nyaman, dan menghindari selisih paham dengannya.
Jika kita memulainya dengan diri kita sendiri, maka teman – teman kita juga
akan dengan mudah mempercayai kita.
Comments
Post a Comment